Sejarah Desa Slangit
Sejarah desa
Legenda Desa (Sasakala)
Pada jaman dulu Negara Kerajaan Pajajaran Sang Prabu Siliwangi sedang dalam duka nestapa dikarenakan telah kehilangan Rarasantang. Karena rasa kuatir akan keselamatan anak dan istrinya maka sang prabu memerintahkan 40 orang tumenggung untuk mencarainya kesegala arah dan tidak diperkenankan kembali ke kraton sebelum diantara mereka ada yang menemukan dan membawanya pulang.
Dengan rasa penuh tanggungjawab ke 40 tumenggung itu berangkat menjalankan titah baginda Raja Sang Prabu Siliwangi raja pajajaran yang adil wicaksana dan agung palamarta. Dalam perjalanan Raden Walang Sungsang dan adiknya Nyi Mas Ayu Rara Santang tersesat disebuah padepokan yang terletak di puncak gunung merapi ( sekarang gunung itu namanya gunung Tampomas di daerah Subang ). Seorang yang berkuasa di padepokan gunung merapi adalah Sanghyang Danuwarsih. Raden Walang Sungsang di minta tinggal di padepokan itu untuk diberi ilmu kesanghyangan demi untuk bekal menuju padepokan Panggoron Islam Gunung Jati.
Selama menetap di padepokan gunung merapi dan setelah menguasai ilmu kesanghyangan maka Raden Walang Sungsang dan adiknya pamit untuk melanjutkan ke Panggoron Islam Gunung Jati.
Setelah beberapa hari Sanghyang Danuwarsih ditingalkan Raden Walang Sungsang beserta adiknya datanglah dua orang lelaki utusan dari kerajaan Pajajaran yaitu Ki Bandang Selayang dan Ki Bandang Slangit yang sedang menjalani titah Sang Prabu Siliwangi untuk mencari Putra Mahkota. Oleh karena itu Sanghyang Danuwarsih dijawab bahwa Putra Prabu Siliwangi telah pergi menuju Panggoron Islam Gunung Jati. Setelah mendapat penjelasan dari Sanghyang Danuwarsih maka kedua Tumenggung Pajajaran yaitu Ki Bandang Selayang dan Ki Bandang Slangit pergi menuju Panggoron Islam Gunung Jati.
Di Panggoron Islam Gunung Jati Syekh Dzatil Khafi untuk berguru dan masuk agama islam dan meninggalkan agama kesanghyangan yang diperoleh dari padepokan gunung merapi. Maka segera mungkin Syaek Dzatil Khafi mengislamkan Raden Walang Sungsang beserta istri dan adiknya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai awal dari keislaman.
Dari hari ke hari Syekh Dzatil Khafi memperhatikan perubahan yang cukup meyakinkan untuk melanjutkan penyebaran islam di masa mendatang oleh karena itu sang guru Syekh Dzatil Khafi menyuruh Raden Walang Sungsang membuka hutan sebelah selatan dengan maksud orang-orang yang ikut agama islam lebih dari itu memperkasai adalah Putra Mahkota Pajajaran di Jawa Barat yang panjang punjung ukir pasir gemah ripah loh jinawi. Dalam perjalanan Ki Bandang Selayang dan Ki Bandang Slangit menuju Panggoron Islam Gunung Jati Ki Bandang Selayang berhenti di Padepokan Ki Gede Bambangan ( sekarang Desa Trusmi ) dan sekaligus dijadikan memantu Ki Gede Trusmi, sedangkan Ki Bandang Slangit melanjutkan ke Panggoron Islam Gunung Jati.
Setelah sampai di Penggoron Islam Gunung Jati melihat Raden Walang Sungsang sedang asik dengan golok cabangnya membuka hutan, saat itu pula Ki Bandang Slangit mendatanginya dan berdua bercerita tentang maksud dan tujuannya, maka Ki Bandang Slangit mengajak Raden Walang Sungsang
untuk pulang ke Kraton Pajajaran Raden Walang Sungsang tidak mau atas ajakan Ki Bandang Slangit maka terjadilah pertengkaran yang berakhir peperangan untuk mencari kemenangan, dalam pertarungan antara Ki Bandang Slangit dan Raden Walang Sungsang sebelum tangan Ki Bandang Slangit menyentuh kepada Raden Walang Sungsang di tangkislah oleh Ki Danusula ia seorang bekas adipati Pajajaran yang sejak dulu masuk islam yang namanya diganti Ki Pangalang-alang selalu membantu Raden Walang Sungsang membuka hutan.
Dalam pertarungan Ki Bandang Slangit dan Ki Pangalang-alang akhirnya Ki Bandang Slangit tidak dapat menahan gempuran dari Ki Danusela maka Raden Walang Sungsang menghentikan pertarungan dan akhirnya Ki Bandang Slangit oleh Raden Walang Sungsang diganti namanya Ki Mas Parutan.
Pembukaan hutan diteruskan hingga mencukupi untuk dijadikan pedukuhan, atas keberhasilan Raden Walang Sungsang dalam memimpin membuka hutan itu Syekh Dzati Kafhi menganugrahkan nama Pangeran Cakra Buana bersamaan diresmikan padukuhan Caruban Larang, dengan kuwu pertama Ki Pangalang-alang sejak itu orang yang berjasa membuka padukuhan Caruban dipercaya oleh Pangeran Cakra Buana untuk membuka hutan disekitarnya guna dijadikan padukuhan pula. Bagi Kimas Parutan dipercaya memuka hutan di barat laut Caruban sekaligus sebagai lurahnya dengan harapan agar agama islam cepat meluas selain karena itu diharapkan hasil pertaniannya bisa untuk membantu antar padukuhan dibidang makanan. Oleh karena itu Pangeran Cakrabuana banyak memberi peralatan dan bimbingan cara menggarap sawah yang baik bahkan pusaka pun sebagian di berikan kepada Ki Mas Parutan.
Dalam tempo yang tidak terlalu lama Ki Mas Parutan selesai membuka hutan sekedar cukup untuk dijadikan padukuan kecil lalu datang menghadap Pangeran Cakrabuana guna untuk meresmikan atas dijadikannya padukuhan baru, maka datanglah Pangeran Cakra Buana di padukuan ini demi untuk mengenang dan mengingat nama asal Ki Mas Parutan dari Pajajaran maka Pangeran Cakrabuana memberi nama Padukuan Slangit dan Ki Mas Parutan sebagai pemimpinnya maka ia juga yang diberi kepercayaan memimpin di padukuan Slangit dengan sebutan Ki Lurah.
Komentar
Posting Komentar